Senin, 31 Januari 2022

Belajar Hal Baru Agar Pembelajaran Tetap Sampai Kepada Siswa di Tengah Pandemi

(Tulisan sudah pernah dipublikasikan dalam buku antologi PPPIPS berjudul "Guru Bertutur")




Pandemi covid-19 yang melanda negara kita, membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah terganggu. Guru yang tadinya mengajar di kelas bersama siswa secara langsung, secara tatap muka, sekarang harus mengajar dari rumah secara daring, sesekali secara luring, memanfaatkan media yang ada. Kegiatan belajar mengajar pun berubah drastis.

 

Saya merupakan salah satu guru yang mengajar di SMP di daerah Banjit, kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Daerah tempat saya mengajar merupakan daerah perkampungan, dimana jaringan sinyal dan internet masih susah ditemukan. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah bertani, dengan menunggu musim barulah mendapat uang.

 

Di Lampung, anak-anak mulai belajar secara daring sejak pertengahan  Maret 2020.  Tiga bulan pertama merupakan masa transisi, karena di sana tidak ada sinyal. Saya pulang ke kota tempat kelahiran saya di Bandar Lampung. Dinas P&K Way Kanan membuat website e-learning sebagai salah satu media pembelajaran secara daring. Guru dan peserta didik dibuatkan akun utk login ke web e-learning tersebut. Mekanismenya kami sebagai guru mengupload materi dan tugas dalam e-learning, lalu anak-anak login melihat dan mengerjakan tugas di sana. Namun hal ini sepertinya tidak efektif, karena masih banyak daerah  yang  tidak ada sinyal. Ada beberapa peserta didik yang mengerjakan, namun banyak yang tidak. Website e-learning ini pun sekarang sudah tidak bisa diakses lagi.

 

Bulan juni 2020 merupakan akhir semester genap, diadakan Ujian Akhir Semester. UAS kali ini sangat berbeda, karena  pembelajaran bukan secara tatap muka, Dinas P&K sudah menggandakan naskah soal, dimasukkan satu amplop untuk sebelas mapel beserta lembar jawabannya. Anak-anak mengambil naskah soal secara bergantian di sekolah, membawanya pulang, mengerjakannya di rumah lalu mengumpulkannya kembali seminggu kemudian.

 

Sungguh cara pemberian tugas dan UAS ini menurut saya sangat tidak efektif. Tidak ada jaminan anak-anak sendiri yang mengerjakan tugasnya, sangat mungkin mereka dibantu pihak lain atau mengerjakan secara bersama dengan orang lain. Padahal ujian yang kita tahu selama ini merupakan ujian yang diawasi oleh pengawas, diawasi agar tidak terjadi kecurangan  maupun mencontek pekerjaan orang lain. Namun kini, begitu lah keadaannya.

 

Bulan Juli 2020 merupakan awal tahun ajaran baru. Sekolah kami menerima murid baru, siswa sebelumnya naik ke kelas selanjutnya, lalu yang kelas akhir lulus sekolah tanpa ada ujian akhir, yang sering disebut lulus dengan jalur corona.

 

Awal tahun ajaran biasanya dilaksananan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang dilaksanakan sekedarnya, tidak seperti dulu. Siswa baru tidak diperkenalkan kepada semua guru dan kakak tingkatnya. Biasanya ada pengenalan kegiatan Ekstrakurikuler, sekarang kegiatan Ekstrakurikuler ditiadakan.

 

Pada semester ganjil ini sekolah kami mengadakan kegiatan pembelajaran kombinasi daring dan luring. Sekolah kami terdiri dari enam rombel dan secara bergantian setiap rombel siswa masuk sekolah. Didampingi guru piket para siswa masuk kelas untuk mendapatkan tugas secara langsung dari guru piket untuk semua mata pelajaran. Minggu depan siswa masuk lagi untuk mengumpulkan tugas dan mendapatkan tugas kembali dari guru piket. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi siswa yang rumahnya sulit sinyal dan tidak punya gadget.

 

Awalnya pembelajaran kombinasi daring dan luring ini berjalan lancar. Kelas tujuh yang merupakan siswa baru sangat rajin datang ke sekolah, tapi untuk siswa kelas selanjutnya jarang ada yang datang ke sekolah. Guru piket yang kebetulan juga mengajar mapel di kelas tersebut bisa menerangkan sedikit materi sebelum memberikan tugas, tapi tidak untuk mapel di kelas lainnya yang siswanya tidak pernah datang ke sekolah.

 

Kami terus memberikan tugas, memantaunya dan memberitahukan nilai melalui grup whatsapp  yang  dibuat  perkelas. Tapi itu hanya untuk siswa yang aktif, mempunyai gadget dan ada sinyal. Mungkin seperempat siswa kami hilang selama pandemi ini, kadang mereka datang ke sekolah, dengan rambut yang sudah panjang dan diwarnai. Sangat jauh dari penampilan pelajar sekolah. Bahkan ada seorang siswa kelas sembilan yang menikah, meninggalkan fakta bahwa dia siswa kelas sembilan yang akan lulus SMP setengah tahun lagi.

 

Pada akhir semester ganjil, sekolah kami mengadakan pelatihan pembuatan video  pembelajaran untuk guru bersama pemateri Duta Rumah Belajar Kabupaten Way Kanan. Pamateri yaitu Ibu Mujiatun  guru SMP N 2 Banjit, Bapak Wira guru SMP N 7 Banjit dan Ibu Candra Guru SDS Bakti Baradatu. Dalam pelatihan tersebut kami diberikan pelatihan menggunakan greensreen dalam membuat video untuk menerangkan materi, lalu belajar mengedit video dengan aplikasi  kinemaster. Setelah pelatihan  ini, kami bisa membuat video pembelajaran agar tetap bisa menerangkan materi pembelajaran dari rumah, membuatnya menarik agar siswa tertarik menontonnya.

 

Akhir semester ganjil, diadakan UAS dengan mekanisme yang sama dengan UAS sebelumnya. Dinas P&K sudah menggandakan naskah soal, dimasukkan satu amplop untuk sebelas mapel beserta lembar jawabannya. Anak-anak mengambil naskah soal secara bergantian di sekolah, membawanya pulang, mengerjakannya di sekolah lalu mengumpulkannya kembali seminggu kemudian. Akhir bulan Desember anak-anak mendapatkan raport semester ganjil berdasarkan nilai tugas dan nilai UAS mereka selama ini.

 

Saya menyadari, lingkungan sekolah saya yang tidak semua siswa punya gadget sendiri, ada yang gadgetnya punya kakak, orang tua atau tetangganya. Ada siswa yang rumahnya tidak ada sinyal. Sungguh lebih baik bila kami bisa sekolah seperti biasa secara tatap muka, datang setiap hari ke sekolah dan menerima materi secara langsung, namun sekarang tidak bisa. Sekolah kami juga tidak bisa seperti sekolah di kota yang tiap hari guru memberikan materi melalui aplikasi Zoom, karena berarti setiap siswa harus punya aplikasinya dan online jam tersebut, sementara kadaan sekolah kami seperti ini.

 

Pada awal semester genap terdapat edaran yang melarang siswa untuk datang berkumpul di sekolah, jika ada siswa yang kedapatan datang ke sekolah, menggunakan seragam ataupun baju bebas, maka pemimpin sekolah harus bertanggungjawab. Karena itu sekolah kami tidak mengadakan pembelajaran secara luring lagi.

 

 Akhirnya pada semester genap ini saya membuat pembelajaran dengan video. Setiap materi yang akan saya terangkan saya buat di laptop dengan aplikasi microsoft power point, setelah gambar jadi saya potong dan simpan berupa image dengan format .jpg menggunakan aplikasi snipping tool. Lalu saya buat menjadi video dan saya isi dengan suara saya menggunakan aplikasi kinemaster. Kebetulan smartphone saya tidak support dengan aplikasi kinemaster yang diberikan oleh pemateri dari rumah belajar, jadi saya menggunakan aplikasi kinemaster yang saya unduh di playstore.

 

Setelah video materi jadi saya unggah ke channel youtube saya. Saya wajibkan bagi siswa saya untuk absen dengan mengetik nama lengkap dan kelas mereka di kolom komentar. Untuk tugas harian siswa, saya menghindari memori HP saya penuh dengan tugas siswa, jadi saya buat  tugas mereka di google form. Lebih menguntungkan bagi saya karena saya tidak perlu mengkoreksi satu-satu tugas siswa.

 

 Link video dan tugas saya bagikan di grup whatsapp kelas, saya minta siswa yang tergabung dalam grup untuk memberitahu ke teman-temannya yang  gadgetnya punya orang tuanya atau saudaranya. Karena kesulitan yang ada, saya tidak membatasi waktu mereka untuk absen dan mengerjakan tugas,  mereka bisa mencari sinyal di daerah tertentu atau menunggu untuk meminjam gadget untuk absen dan mengerjakan tugas. Sebagai guru saya berharap dalam kondisi seperti ini mereka tetap mendapat ilmu dan bertanggungjawab terhadap dirinya walau sedikit.

 

Proses belajar sepanjang hayat. Karena keadaan sekarang guru harus mengupgrade dirinya belajar menggunakan teknologi baru. Walau terasa asing  karena bukan seperti yang biasanya dilakukan, namun ini adalah tugas dan pekerjaan sebagai guru,untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Dalam kondisi sulit ini sekalipun.

 

Seperti liburan, tapi ini bukan liburan. Saya masih seorang guru yang mempunyai tugas membuat perencanaan, mengajar dan mengevaluasi peserta didik, serta mempunyai tugas tambahan di sekolah. Walau siswa tidak ada yang datang ke sekolah, namun proses pembelajaran di sekolah harus tetap sampai kepada mereka. Semoga pandemi ini segera berakhir dan siswa bisa melakukan kegiatan pembelajaran sekolah seperti dulu lagi.




BIODATA PENULIS

 

Ririanty Yunita, S. Pd, lahir di Kota Bandar Lampung, tanggal 18 Oktober 1990. Bersekolah di SD N 2 Beringin Raya, SMP N 14 Bandar Lampung, dan SMA N 3 Bandar Lampung. Melanjutkan studi S1 di program studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung  angkatan 2008. Selama kuliah aktif dalam organisasi Kemahasiswaan seperti HIMAPIS, FOKMA Sejarah Unila, BEM FKIP Unila dan PPS Betako Merpati Putih Cabang Bandar Lampung. Saat ini mengajar di SMP Negeri 6 Banjit,  Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Menjadi anggota organisasi keguruan yaitu MGMP IPS Kabupaten Way Kanan, PGRI Kabupaten Way Kanan dan PPPIPS.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar