Senin, 31 Januari 2022

Belajar Hal Baru Agar Pembelajaran Tetap Sampai Kepada Siswa di Tengah Pandemi

(Tulisan sudah pernah dipublikasikan dalam buku antologi PPPIPS berjudul "Guru Bertutur")




Pandemi covid-19 yang melanda negara kita, membuat kegiatan belajar mengajar di sekolah terganggu. Guru yang tadinya mengajar di kelas bersama siswa secara langsung, secara tatap muka, sekarang harus mengajar dari rumah secara daring, sesekali secara luring, memanfaatkan media yang ada. Kegiatan belajar mengajar pun berubah drastis.

 

Saya merupakan salah satu guru yang mengajar di SMP di daerah Banjit, kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Daerah tempat saya mengajar merupakan daerah perkampungan, dimana jaringan sinyal dan internet masih susah ditemukan. Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah bertani, dengan menunggu musim barulah mendapat uang.

 

Di Lampung, anak-anak mulai belajar secara daring sejak pertengahan  Maret 2020.  Tiga bulan pertama merupakan masa transisi, karena di sana tidak ada sinyal. Saya pulang ke kota tempat kelahiran saya di Bandar Lampung. Dinas P&K Way Kanan membuat website e-learning sebagai salah satu media pembelajaran secara daring. Guru dan peserta didik dibuatkan akun utk login ke web e-learning tersebut. Mekanismenya kami sebagai guru mengupload materi dan tugas dalam e-learning, lalu anak-anak login melihat dan mengerjakan tugas di sana. Namun hal ini sepertinya tidak efektif, karena masih banyak daerah  yang  tidak ada sinyal. Ada beberapa peserta didik yang mengerjakan, namun banyak yang tidak. Website e-learning ini pun sekarang sudah tidak bisa diakses lagi.

 

Bulan juni 2020 merupakan akhir semester genap, diadakan Ujian Akhir Semester. UAS kali ini sangat berbeda, karena  pembelajaran bukan secara tatap muka, Dinas P&K sudah menggandakan naskah soal, dimasukkan satu amplop untuk sebelas mapel beserta lembar jawabannya. Anak-anak mengambil naskah soal secara bergantian di sekolah, membawanya pulang, mengerjakannya di rumah lalu mengumpulkannya kembali seminggu kemudian.

 

Sungguh cara pemberian tugas dan UAS ini menurut saya sangat tidak efektif. Tidak ada jaminan anak-anak sendiri yang mengerjakan tugasnya, sangat mungkin mereka dibantu pihak lain atau mengerjakan secara bersama dengan orang lain. Padahal ujian yang kita tahu selama ini merupakan ujian yang diawasi oleh pengawas, diawasi agar tidak terjadi kecurangan  maupun mencontek pekerjaan orang lain. Namun kini, begitu lah keadaannya.

 

Bulan Juli 2020 merupakan awal tahun ajaran baru. Sekolah kami menerima murid baru, siswa sebelumnya naik ke kelas selanjutnya, lalu yang kelas akhir lulus sekolah tanpa ada ujian akhir, yang sering disebut lulus dengan jalur corona.

 

Awal tahun ajaran biasanya dilaksananan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) yang dilaksanakan sekedarnya, tidak seperti dulu. Siswa baru tidak diperkenalkan kepada semua guru dan kakak tingkatnya. Biasanya ada pengenalan kegiatan Ekstrakurikuler, sekarang kegiatan Ekstrakurikuler ditiadakan.

 

Pada semester ganjil ini sekolah kami mengadakan kegiatan pembelajaran kombinasi daring dan luring. Sekolah kami terdiri dari enam rombel dan secara bergantian setiap rombel siswa masuk sekolah. Didampingi guru piket para siswa masuk kelas untuk mendapatkan tugas secara langsung dari guru piket untuk semua mata pelajaran. Minggu depan siswa masuk lagi untuk mengumpulkan tugas dan mendapatkan tugas kembali dari guru piket. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi siswa yang rumahnya sulit sinyal dan tidak punya gadget.

 

Awalnya pembelajaran kombinasi daring dan luring ini berjalan lancar. Kelas tujuh yang merupakan siswa baru sangat rajin datang ke sekolah, tapi untuk siswa kelas selanjutnya jarang ada yang datang ke sekolah. Guru piket yang kebetulan juga mengajar mapel di kelas tersebut bisa menerangkan sedikit materi sebelum memberikan tugas, tapi tidak untuk mapel di kelas lainnya yang siswanya tidak pernah datang ke sekolah.

 

Kami terus memberikan tugas, memantaunya dan memberitahukan nilai melalui grup whatsapp  yang  dibuat  perkelas. Tapi itu hanya untuk siswa yang aktif, mempunyai gadget dan ada sinyal. Mungkin seperempat siswa kami hilang selama pandemi ini, kadang mereka datang ke sekolah, dengan rambut yang sudah panjang dan diwarnai. Sangat jauh dari penampilan pelajar sekolah. Bahkan ada seorang siswa kelas sembilan yang menikah, meninggalkan fakta bahwa dia siswa kelas sembilan yang akan lulus SMP setengah tahun lagi.

 

Pada akhir semester ganjil, sekolah kami mengadakan pelatihan pembuatan video  pembelajaran untuk guru bersama pemateri Duta Rumah Belajar Kabupaten Way Kanan. Pamateri yaitu Ibu Mujiatun  guru SMP N 2 Banjit, Bapak Wira guru SMP N 7 Banjit dan Ibu Candra Guru SDS Bakti Baradatu. Dalam pelatihan tersebut kami diberikan pelatihan menggunakan greensreen dalam membuat video untuk menerangkan materi, lalu belajar mengedit video dengan aplikasi  kinemaster. Setelah pelatihan  ini, kami bisa membuat video pembelajaran agar tetap bisa menerangkan materi pembelajaran dari rumah, membuatnya menarik agar siswa tertarik menontonnya.

 

Akhir semester ganjil, diadakan UAS dengan mekanisme yang sama dengan UAS sebelumnya. Dinas P&K sudah menggandakan naskah soal, dimasukkan satu amplop untuk sebelas mapel beserta lembar jawabannya. Anak-anak mengambil naskah soal secara bergantian di sekolah, membawanya pulang, mengerjakannya di sekolah lalu mengumpulkannya kembali seminggu kemudian. Akhir bulan Desember anak-anak mendapatkan raport semester ganjil berdasarkan nilai tugas dan nilai UAS mereka selama ini.

 

Saya menyadari, lingkungan sekolah saya yang tidak semua siswa punya gadget sendiri, ada yang gadgetnya punya kakak, orang tua atau tetangganya. Ada siswa yang rumahnya tidak ada sinyal. Sungguh lebih baik bila kami bisa sekolah seperti biasa secara tatap muka, datang setiap hari ke sekolah dan menerima materi secara langsung, namun sekarang tidak bisa. Sekolah kami juga tidak bisa seperti sekolah di kota yang tiap hari guru memberikan materi melalui aplikasi Zoom, karena berarti setiap siswa harus punya aplikasinya dan online jam tersebut, sementara kadaan sekolah kami seperti ini.

 

Pada awal semester genap terdapat edaran yang melarang siswa untuk datang berkumpul di sekolah, jika ada siswa yang kedapatan datang ke sekolah, menggunakan seragam ataupun baju bebas, maka pemimpin sekolah harus bertanggungjawab. Karena itu sekolah kami tidak mengadakan pembelajaran secara luring lagi.

 

 Akhirnya pada semester genap ini saya membuat pembelajaran dengan video. Setiap materi yang akan saya terangkan saya buat di laptop dengan aplikasi microsoft power point, setelah gambar jadi saya potong dan simpan berupa image dengan format .jpg menggunakan aplikasi snipping tool. Lalu saya buat menjadi video dan saya isi dengan suara saya menggunakan aplikasi kinemaster. Kebetulan smartphone saya tidak support dengan aplikasi kinemaster yang diberikan oleh pemateri dari rumah belajar, jadi saya menggunakan aplikasi kinemaster yang saya unduh di playstore.

 

Setelah video materi jadi saya unggah ke channel youtube saya. Saya wajibkan bagi siswa saya untuk absen dengan mengetik nama lengkap dan kelas mereka di kolom komentar. Untuk tugas harian siswa, saya menghindari memori HP saya penuh dengan tugas siswa, jadi saya buat  tugas mereka di google form. Lebih menguntungkan bagi saya karena saya tidak perlu mengkoreksi satu-satu tugas siswa.

 

 Link video dan tugas saya bagikan di grup whatsapp kelas, saya minta siswa yang tergabung dalam grup untuk memberitahu ke teman-temannya yang  gadgetnya punya orang tuanya atau saudaranya. Karena kesulitan yang ada, saya tidak membatasi waktu mereka untuk absen dan mengerjakan tugas,  mereka bisa mencari sinyal di daerah tertentu atau menunggu untuk meminjam gadget untuk absen dan mengerjakan tugas. Sebagai guru saya berharap dalam kondisi seperti ini mereka tetap mendapat ilmu dan bertanggungjawab terhadap dirinya walau sedikit.

 

Proses belajar sepanjang hayat. Karena keadaan sekarang guru harus mengupgrade dirinya belajar menggunakan teknologi baru. Walau terasa asing  karena bukan seperti yang biasanya dilakukan, namun ini adalah tugas dan pekerjaan sebagai guru,untuk mendidik dan mencerdaskan anak bangsa. Dalam kondisi sulit ini sekalipun.

 

Seperti liburan, tapi ini bukan liburan. Saya masih seorang guru yang mempunyai tugas membuat perencanaan, mengajar dan mengevaluasi peserta didik, serta mempunyai tugas tambahan di sekolah. Walau siswa tidak ada yang datang ke sekolah, namun proses pembelajaran di sekolah harus tetap sampai kepada mereka. Semoga pandemi ini segera berakhir dan siswa bisa melakukan kegiatan pembelajaran sekolah seperti dulu lagi.




BIODATA PENULIS

 

Ririanty Yunita, S. Pd, lahir di Kota Bandar Lampung, tanggal 18 Oktober 1990. Bersekolah di SD N 2 Beringin Raya, SMP N 14 Bandar Lampung, dan SMA N 3 Bandar Lampung. Melanjutkan studi S1 di program studi Pendidikan Sejarah Universitas Lampung  angkatan 2008. Selama kuliah aktif dalam organisasi Kemahasiswaan seperti HIMAPIS, FOKMA Sejarah Unila, BEM FKIP Unila dan PPS Betako Merpati Putih Cabang Bandar Lampung. Saat ini mengajar di SMP Negeri 6 Banjit,  Kabupaten Way Kanan Provinsi Lampung. Menjadi anggota organisasi keguruan yaitu MGMP IPS Kabupaten Way Kanan, PGRI Kabupaten Way Kanan dan PPPIPS.

 

TAMAN WISATA LEMBAH HIJAU LAMPUNG

(sudah pernah dipublikasikan dalam buku "SURGA DI ZAMRUD KHATULISTIWA" 

Antologi tulisan bersama penulis PPPIPS)




Provinsi Lampung berada di ujung selatan pulau Sumatera, berpusat di kota Bandar Lampung, bisa dibilang Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang masuk ke pulau Sumatera. Kota Bandar Lampung merupakan ibu kota dari provinsi Lampung. Secara geografis, kota Bandar Lampung dikelilingi oleh perbukitan dan dibatasi oleh lautan yaitu Teluk Lampung, menjadikan kota ini memiliki pemandangan indah kota diperbukitan dan pantai yang indah. Bila malam datang penduduk yang tinggal di daerah perbukitan dapat menikmati kelap kelip pemandangan lampu kota yang sangat indah dan dipagi hari dapat menghirup udara segar sambil melihat pemandangan laut dari kejauhan.

Kota Bandar Lampung memiliki banyak objek wisata, selain  objek wisata pantai yang terletak di wilayah teluk, wilayah perbukitan di Kota Bandar Lampung terdapat berbagai objek wisata, ada Taman Wisata Puncak Mas, Taman Wisata Lembah Hijau, Taman Satwa Bumi Kedaton, Taman Wisata Bukit Sakura, Rumah Kelinci, Taman Rusa dan Taman Kupu-Kupu. Pada kesempatan kali ini kita akan membahas Taman Wisata Lembah Hijau, karena menrut penulis, diantara sekian banyak taman wisata yang terletak di wilayah perbukitan di Kota Bandar Lampung, Taman Wisata Lembah Hijau bisa dibilang paling lengkap diantara taman wisata lainnya.

Taman Wisata Lembah Hijau terletak di Kecamatan Tanjung Karang Barat Kota Bandar Lampung. Jaraknya tidak jauh dari pusat kota bandar lampung, sekitar 10 km. Ada dua rute yang bisa dilalui bila ingin berwisata ke sana. Rute pertama dari tanjung karang pusat melewati jalan Hi. Agus Salim atau simpang empat pasar Tamin, lurus ke atas ke arah perbukitan Jalan Raden Imba Kesuma Ratu, ikuti jalan aspal belok kiri ke arah Kinar Resto, salah satu restoran baru yang ada di wilayah perbukitan, lurus saja sampai bertemu tugu durian belok kanan, Taman Wisata Lembah hijau terletak sekitar 200 meter dari tugu durian di sebelah kanan. Rute lainnya adalah dari kecamatan Kemiling, dari simpang tiga yang dikenal dengan nama palang besi  lurus saja sampai melewati tiga kali jembatan, lalu ikuti jalan yang membelok dan menurun kemudian melewati tanjakan terakhir di sebelah kiri, disanalah lokais Taman Wisata Lembah Hijau.

Memasuki taman Wisata Lembah hijau kita harus berjalan  menurun untuk sampai ke loket tiket. Disebelah kiri pintu masuk ada mushola yang disampingnya merupakan area outbond dan taman bermain anak-anak. Setelah membeli tiket, kita menuju area parkir kendaraan di sebelah kanan. Di sebelah kanan ini juga terdapat  kolam  renang, taman bermain air dan ada waterboomnya. Bila ingin berenang maka harus membeli tiket lagi. kolam renangnya cukup luas, ada kolam renang untuk anak-anak dan dewasa, terdapat seluncuran untuk anak-anak dan ada juga seluncuran yang cukup tinggi untuk remaja atau orang dewasa, dan bila bekum cukup, ada juga waterboom yang dapat dicoba untuk menguji adrenalin.

Disebelah kiri terdapat kolam  ikan yang cukup besar dan pondokan-pondokan yang dapat digunakan pengunjung untuk bersantai. Menanjak sedikit di sebelah kiri ada penginapan-penginapan berupa rumah-rumah kecil yang bisa disewa pengunjung untuk meginap. Di depan penginapan ini, sebelah kanan ada area aquarium yang berisi aquarium besar dan ikan-ikan langka yang menarik untuk dilihat. Tidak dikenakan biaya tambahan bila ingin duduk di pondok atau melihat ikan di aquarium.

Bila ingin wisata yang sedikit seram, menanjak sedikit dari aquarium ada area rumah hantu yang bisa dikunjungi. Di depan rumah hantu ada taman dan kandang kuda yang bagus bila dipakai berswafoto.

Menanjak lagi di ujung taman wisata ini terdapat Taman Satwa Lembah Hijau. Taman Satwa ini menurut penulis cukup menarik karena berisi berbagai binatang dan lebih lengkap dibandingkan taman satwa lainnya di Kota Bandar Lampung. Bila ingin masuk ke taman satwa kita diharuskan membeli tiket lagi.

Masuk ke taman satwa, satwa yang pertama kali kita jumpai adalah burung Flaminggo. Burung cantik ini kadang berwarna pink kadang berwarna putih, serupa angsa namun lebih besar dari angsa. Burung-burung cantik pemakan ikan ini ditempatkan dalam kolam besar dikelilingi oleh pagar daun pandan, ternyata daun pandan ini dapat menyamarkan bau dari burung ini yang jika kita dekati akan tercium aroma tidak sedap. Burung-burung flaminggo ini seakan menyambut kita masuk ke taman satwa ini.

Banyak papan-papan berisi soal seputar binatang yang bagian kosongnya dapat dibalik. Ternyata bagian kosong tersebut berisi jawaban dari pertanyaan seputar binatang. Jadi sangat menarik mengajak anak-anak untuk berwisata edukasi seputar hewan di sini.

Dari kolam Flaminggo kita berjalan ke sebelah kanan ada pohon-pohon tinggi tempat para primata. Pengunjung dan  hewan-hewan primata ini dipisahkan parit yang cukup dalam, sehingga para hewan tidak bisa ke tempat pengunjung. Jadi hewan-hewan primata ini tidak dikandang melainkan dipisahkan oleh parit yang cukup dalam.

Lurus lagi kita akan menemui kawanan beruang yang juga dipisahkan dengan parit. Beruang ini tidak berada dalam kandang. Di depannya ada kandang rusa, kijang dan  kambing langka. Di depannya ada kolam besar yang cukup dalam, namun kolam ini tidak terisi air, ternyata di dalamnya tinggal lah dua ekor buaya. Menanjak lagi ada lapangan yang cukup luas tempat kita bisa melihat gajah-gajah yang juga bisa kita tunggangi bila kita ingin naik gajah.

Di depan lapangan gajah terdapat taman burung yang cukup luas. Di pintu masuk taman burung ada pemandu yang bisa membimbing kita untuk berfoto bersama burung kakak tua berwarna warni yang sudah jinak. Memasuki taman burung terdapat kandang-kandang burung besar berisi berbagai jenis burung dari seluruh indonesia. Di papan informasinya terdapat nama ilmiah dan asal dari burung tersebut. Ada lagi area cukup luas yang dapat kita masuki setelah kita melewati pagar rantai yang cukup berat, ternyata ini merupakan kandang burung yang sangat luas dimana burung-burungnya tidak dalam sangkar namun dilepas sehingga dapat terbang terbatas dalam kandang yang luas itu. Di atasnya terdapat jaring yang menghalangi burung keluar.

Setelah selesai memutari taman burung, bagian  terakhir dari taman satwa ini adalah teater besar tempat para satwa menunjukkan kebolehannya. Kita dapat menonton atraksi dari satwa-satwa ini secara gratis. Seperti para berang-berang mengibarkan bendera atau ikan yang bisa berhitung. Inilah akhir dari petualangan kita di taman satwa lembah hijau.

Demikianlah penggambaran penulis tentang Taman Wisata Lembah Hijau Lampung. Taman wisata ini cukup luas dan ada beberapa objek wisatanya, satwa yang ada di dalam taman satwa juga banyak. Jadi jangan lupa mampir ke taman wisata lembah hijau jika anda pergi ke kota Bandar Lampung.


Kamis, 27 Januari 2022

      LAPORAN HASIL AKSI NYATA

MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

Oleh :
Ririanty Yunita, S. Pd
Guru IPS – SMP Negeri 6 Banjit
CGP angkatan 4
Kab. Way Kanan – Lampung

LATAR BELAKANG

Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya. Ki Hadjar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Untuk membangun budaya yang positif, sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri, dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita.

Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri. Maka sangat penting bagi guru untuk membangun budaya positif di lingkungan sekolah. Laporan aksi nyata ini disusun untuk mempraktikkan hasil belajar modul 1.4 tentang membangun budaya positif di sekolah.


TUJUAN AKSI NYATA

Adapun dampak yang ingin dilihat dari tindakan aksi nyata ini yaitu :
1. Mewujudkan visi sekolah dengan menerapkan budaya positif di lingkungan sekolah
2. Menciptakan lingkungan yang positif, aman dan nyaman bagi siswa sehingga siswa merasa senang dan tentram saat berada di lingkungan sekolah
3. Menumbuhkan motivasi positif bagi siswa agar membentuk siswa yang berkarakter positif
4. Terwujudnya prinsip merdeka belajar dan terbentuknya profil pelajar pancasila


TOLAK UKUR

Untuk melihat apakah tindakan ini berjalan dengan baik, maka ada beberapa indikator yaitu :

1. Terwujudnya praktik baik penanaman budaya positif di sekolah oleh seluruh warga sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah
2. Terbentuknya budaya positif di dalam kelas sehingga diperlukan keyakinan-keyakinan yang disepakati bersama oleh guru dan siswa dalam kelas
3. Terjaganya konsistensi guru bersama siswa dalam menjalankan kesepakatan kelas


LINIMASA TINDAKAN YANG AKAN DILAKUKAN

1. Membuat perencanaan aksi nyata dan mengkomunikasikannya kepada kepala sekolah
2. Melakukan revisi perencanaan berdasarkan masukan dan saran dari kepala sekolah
3. Melakukan sharing materi modul 1 yang telah dipelajari selama mengikuti program pendidikan calon guru penggerak kepada guru teman sejawat
4. Melakukan kolaborasi bersama guru dalam upaya menerapkan praktik budaya positif di sekolah
5. Bersama siswa membuat kesepakatan kelas sebagai upaya menanamkan budaya positif di sekolah
6. Memantau konsistensi siswa dalam penerapan kesepakatan kelas sebagai upaya menanamkan budaya positif di sekolah
7. Melakukan praktik segitiga restitusi bila ada permasalahan yang terjadi di sekolah
8. Melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan aksi nyata
9. Membuat laporan tertulis pelaksanaan kegiatan aksi nyata

DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN

Dalam menjalankan kegiatan aksi nyata ini, dibutuhkan dukungan dari berbagai pihak di sekolah, yaitu:

a. Kepala sekolah sebagai atasan dan pemimpin sekolah
b. Rekan guru teman sejawat
c. Orang tua/wali murid dan komite sekolah
d. Peserta didik
e. Sarana dan prasana yang diperlukan
f. Media sebagai pengingat peserta didik agar konsisten menerapkan budaya positif

PELAKSANAAN KEGIATAN AKSI NYATA

Kegiatan aksi nyata berlangsung pada akhir bulan desember 2021 sampai bulan januari 2022. Pada akhir desember 2021 saya berkonsultasi dengan kepala sekolah meminta dukungan dalam pelaksanaan kegiatan aksi nyata. Konsultasi diawali dengan melaporkan tidakan perencanaan kegiatan aksi nyata yang akan dilakukan, mencakup sharing materi modul 1 kepada rekan sejawat dan penanaman budaya positif bagi peserta didik di sekolah. Setelah berkonsultasi dan mendapat masukan serta saran dari kepala sekolah, saya membuat revisi dan mempersiapkan media yang akan digunakan dalam sharing materi modul 1 kepada rekan sejawat.

Pada awal januari 2022 di sekolah saya dilaksanakan kegiatan pelatihan pembuatan SKP yang diisi oleh narasumber pengawas sekolah dan kepala sekolah. Pada kegiatan tersebut saya diberi waktu untuk menyampaikan sharing materi modul 1 yang telah saya dapatkan selama mengikuti pendidikan calon guru penggerak. Dengan adanya sharing materi ini diharapkan teman-teman sejawat mengenal penanaman budaya positif di sekolah dan dapat mendukung program guru penggerak, serta dapat mengikuti program guru penggerak pada angkatan berikutnya.

Setelah melakukan kegiatan sharing materi, saya selaku wali kelas VIII B di SMPN 6 Banjit membuat keyakinan-keyakinan yang akan disepakati bersama dalam kelas, sebagai upaya menerapkan budaya positif di sekolah. Keyakinan tersebut diwujudkan dalam kesepakatan kelas yang tertuang dalam media yang dipajang di dalam kelas. Harapannya siswa akan senantiasa melihat dan termotivasi dalam menerapkan praktik budaya positif. Kemudian saya berkolaborasi dengan guru lain mensosialisasikan kesepakatan dalam kelas saya dan meminta bantuan pengawasan serta saran dalam konsistensi siswa dalam pelaksanaan kesepakatan kelas.

Saya juga melakukan praktik segitiga restitusi bila ada siswa yang bermasalah di sekolah. Berkolaborasi bersama guru BK dan wakil kepala sekolah bidang kesiswaan dalam penerapan segitiga restitusi. Secara rutin saya juga mencoba mengevaluasi dan merefleksi kegiatan yang telah dilaksanakan dan berpikir untuk memperbaikinya kedepannya.

 

PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN

Kegiatan awal berjalan baik, saya merasa mendapat dukungan serta saran dan masukan dari kepala sekolah untuk melaksanakan kegiatan aksi nyata ini. Kemudian saya juga belajar berbicara di depan pengawas, kepala sekolah, guru senior dan rekan sejawat juga guru dari sekolah lain yang saat itu hadir dalam kegiatan sharing materi yang bersamaan dengan pelatihan pembuatan SKP.

Saya belajar untuk menanamkan budaya positif di sekolah sesuai dengan pembelajaran yang saya dapatkan dalam pendidikan calon guru penggerak. Saya juga belajar untuk selalu mengevaluasi dan merefleksi setiap kegiatan yang dilakukan serta berpikir perbaikan juga inovasi kegiatan ke depannya. Kemudian saya juga belajar berkolaborasi dengan guru lain dalam penanaman budaya positif di sekolah. Dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid menuju profil pelajar pancasila.


RENCANA PERBAIKAN UNTUK PELAKSANAAN DI MASA DATANG

Penerapan teori yang telah dipelajari tentu tidak mudah. Maka kedepannya harus selalu belajar untuk melakukan evaluasi dan refleksi terhadap rencana yang dilakukan. Berusaha mencari solusi dan berinovasi terhadap permasalahan-permasalahan yang timbul. Juga berkolaborasi dengan guru lain dalam penerapan budaya positif di sekolah.

Melakukan sharing dan meminta saran serta masukan dari guru-guru senior dan rekan sejawat, baik di lingkungan sekolah maupun lingkungan calon guru penggerak. Belajar kembali kemudian meminta saran dan masukan dari instruktur, fasilitator dan pendamping praktik guna perbaikan pemahaman dan praktik kedepannya. Terus berusaha mewujudkan visi sesuai dengan visi dan misi guru penggerak untuk mewujudkan merdeka beajar, pembelajaran yang berpihak pada murid sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara serta penerapan praktik budaya positif di sekolah.



DOKUMENTASI KEGIATAN AKSI NYATA

1.      Berkonsultasi dengan kepala sekolah terkait perencanaan kegiatan aksi nyata


 2.      Melakukan kegiatan sharing materi modul 1 kepada guru dan rekan sejawat





















 

 

 

 


 

 3.      Bersama siswa membuat kesepakatan kelas




4. Media tentang kesepakatan kelas





 

 

 

 

 

 


5.      Memantau konsistensi siswa dalam pelaksanaan kesepakatan kelas

 

 

 

 




6.      Menerapkan praktik segitiga restitusi pada siswa yang bermasalah.









7.  Kolaborasi antar guru dalam upaya membagun budaya positif

 

















Video Sharing Materi :