Jumat, 23 Desember 2011

PENGALAMAN KEGIATAN KULIAH KERJA NYATA DESA GEDONG BOGA KEC. WAY SERDANG KAB. MESUJI 30 Juni - 27 September 2011



Ten Brother
(Orang-orang Hebat dari Gedong Boga)

 Kegiatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) merupakan suatu matakuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa Unila. Pada tahun 2011 ini, kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa Unila angkatan 2008. Kegiatan KKN ini diselenggarakan selama 40 hari, bertujuan untuk mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di bangku kuliah ke peberdayaan masyarakat, dan juga bertujuan untuk memberikan pengalaman kerja pada mahasiswa secara nyata.

Khusus untuk mahasisa FKIP Unila, kegiatan KKN digabungkan dalam kegiatan PPL (Program Pengalaman Lapangan), sehingga bila mahasisa Unila non FKIP berada di lokasi KKN selama 40 hari, mahasiswa FKIP Unila berada di lokasi KKN selama 88 hari atau kurang dari tiga bulan. Hal ini karena mereka diwajibkan menyelesaikan kegiatan PPL yang berlokasi sama dengan lokasi KKN.

Saya mendapat lokasi KKN di desa  Gedong Boga, kecamatan Way Serdang, kabupaten Mesuji.  Saya bersama teman-teman FKIP yang berjumlah 10 orang, yaitu Wardani / Pend. Ekonomi 2008, Ririanty Yunita / Pend. Sejarah 2008, Vina Nurviana / Pend. Geografi 2008, Tri Ambar Sari / PKn 2008,  Widi Wiriadipraja/ Pend. fisika 2008, Aswin Yusuf / Penjaskes 2008, Wahyu Sri Sukarsih / Pend. Biologi 2008, Titis Rofiana / BK 2008, Ferdy Zulkarnain / Penjaskes 2008, dan Retna Ayu Ningrum / Pend. Matematika 2008.

Dalam kegiatan ini, kelompok saya menemui banyak hambatan sehingga program pokok KKN tidak terlaksana, namun juga menerima banyak dukungan dari desa yang membuat kami betah. Adapun kambatan dan dukungan itu adalah sebagai berikut :

Hambatan :
1.    Jarak tempuh desa yang terlalu jauh.
Desa Gedong Boga terletak di Jalan lintas timur Sumatra, Simpang D, Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji. Untuk memasuki desa kami, dari Simpang D sekitar lima kilometer ke desa, melewati jalan yang luar biasa rusaknya, pemerintah kabupaten mesuji meemang telah memperingatkan kami bahwa jalan di Mesuji 80% dalam keadaan rusak berat. Sehingga jarak lima kilometer itu harus ditempuh selama satu jam.

2.    Accesor dari Unila tak mau datang ke desa kami.
Ketika kami mengadakan kegiatan bersama pihak SMP N 2 Way Serdang, kami sempat mengontak accesor dari Unila, namun mungkin karena jarak serta kondisi jalan yaang jauh sehingga orang dari unila tersebut tak berkenan datang. Sehingga kegiatan itu diadakan oleh pihak sekolah dengan bantuan kami sebagai mahasiswa PPL di sana.

3.    Jadwal yang sangat padat.

a.    SMP N 2 Way Serdang tempat kami melaksanakan program PPL merupakan SMP yang bisa dibilang paling bagus se kabupaten Mesuji. SMP ini dipimpin oleh kepala sekolah yang sangat disiplin terhadap siswa dan guru-guru. Kami diharuskan datang setiap jam tujuh kurang untuk menyambut siswa-siswa, dan pulang pukul 14.00 setiap harinya. Walaupun kami tak ada jam mengajar kami harus tetap standby di sekolah, begitu pula dengan guru-guru dan staff TU di sana. Sehingga setiap pulang sekolah, kami merasakan letih.apa lagi SMP N 2 Way Serdang sangat sering mengadakan kegiatan, dan sering kali kami diminta untuk mengonsep acara tersebut. SMP N 2 Way Serdang pun juga sering mengadakan rapat, dan kami harus hadir padahal hal itu tak penting bagi kami.
b.    Walaupun status kami sebagai mahasiswa PPL, namun banyak dari kami yang mengajar hampir setiap hari, misalnya teman saya sari, ia menggantikan guru PKn yang memang hanya satu dan mengajar setiap hari. Dan saya juga merupakan mahasiswa PPL yang mengajar setiap hari juga, Guru pamong saya memberikan murid-murid kelas 8 dan 9 yang kebetulan sedang mempelajari maeri sejarah. Guru pamong saya mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi, sehingga tak paham dengan sejarah. Belum lagi SMP sering mengadakan acara, dan kami yang diminta bantuan mengonsep dan melaksanakannya. Kami pun harus mengerjakan tugas guru juga seperti membuat RPP, materi, evaluasi dan mempelajari materi, sehingga sangat letih.
c.  Sepulang dari sekolah, kami melaksanakan program kkn kami yaitu kelompok belajar atau kombel. Sepulangnya kami dari sekolah, telah banyak siswa-siswa SD maupun SMP yang menunggu kami di depan rumah untuk membantu mereka menyelesaikan PRnya atau membimbing mereka belajar. Hal ini sudah kami antisipasi dengan membentuk jadwal, namun tetap saja kami merasa lelah. Kelompok belajar ini berlangsung setiap hari dari pukul 14.30-15.30
d.    Pukul 16.00-17.30 kami membantu mengsi TPA bagi anak-anak kecil di Mushola, ini pun sudah kami bentuk jadwal, yang tak ke TPA membantu ibu memasak untuk makan malam. TPA ini sendiri berlangsung setiap hari kecuali hari jum’at, sehingga bila tiba hari jum’at, kami merasa sangat senang.

4. Padatnya jadwal tersebut sehingga kami tak bisa melaksanakan program KKN. Memang setibanya kami di desa, kami langsung mengadakan observasi mengenai apa yang cocok kami terapkan dengan situasi di desa Gedong Boga, dan kami memutuskan mengadakan penyuluhan pentingnya pendidikan, kelompok belajar dan membantu di TPA yang memang lebih cocok dan kami rasa mengena dengan masyarakat Gedong Boga.

5. Situasi di Gedong Boga yang sangat jauh dari lingkungan tempat tinggal kami semula. Gedong Boga merupakan desa di mesuji, yang kondisinya benar-benar menguji kami. Tak ada apa-apa di sana, hanya tanah merah dan kebun karet, tak ada hiburan, tak ada listrik kecuali tenaga diesel dari pukul 18.00-24.00. Banyak sekali teman-teman yang mengeluh, bahkan stress, sering melamun apalagi yang ingin pulang. Hiburan kami penghilang stress hanya bercanda dngan teman-temang PPL. Apalagi saat kemarau tiba, sumur bapak tempat kami menginap kering, air harus beli yang diisi dengan tangki besi, air ini kami pakai untuk mandi, makan dan minum, padahal air itu bau, tapi mau tak mau harus dipakai. Makanan juga tak ada variasi, tiap hari hanya makan itu-itu saja, sangat beda dengan di rumah. Apalagi saya yang orang padang, sebenarnya tak cocok makan masakan jawa, namun ya mau apalagi. Mau beli tapi tak ada warung, memang ada bakso dan mi ayam rasa vetsin. Pasar pun jauh, angkot hanya ada 1 yang ada pukul 06.30 ke pasar unit 2,dan pulang pukul 11.00.

Itu merupakan sedikit hambatan kami saat berada di Gedong Boga, namun kami jug mendapat dukungan dari sana, yaitu :

1.  Orang-orang Gedong Boga yang sangat ramah, mereka sangat senang atas kedatangan kami di desa mereka. Semua bapak di sana seperti bapak kami, dan semua ibu di sana seperti ibu kami, apa lagi bapak dan ibu kami di rumah. Kami yang perempuan tinggal di rumah pak Kaur bernama pak surip, beliau adalah orang yg sangat baik, sangat perhatian, sering bercanda, bila kami ada masalah sesama teman-teman KKN, bapak menjadi penengah. Sudah seperti orang tua kami. Desa Gedong Boga mayoritas penduduknya adalah orang jawa dan berbahasa jawa.


Berfoto bersama kepala sekolah dan paskibra SMP N 2 Way Serdang

2. Biaya hidup yang murah. Selama kami tinggal di Gedong Boga, kami hanya diminta uang makan sebesar Rp. 350.000 per 30 hari, masakan ibu sangat enak. kami berpikir mungkin ibu dan bapak sering menombok untuk makan kami dan listrik yang kami gunakan, namun mereka tak pernah mempersoalkan hal itu. Teman-teman yang laki-laki tinggal di rumah kosong sebelah rumah pak surip, dan mereka pun tinggal secara gratis, menggunakan listrik secara gratis pula.

3. Teman-teman PPL yang sangat kompak. Saya merasa bersyukur satu tempat dengan orang-orang hebat seperti mereka. Kami saling menguatkan, tidak mengedepankan ego masing-masing, pengertian, dan suka bercanda. Misal pagi-pagi, tanpa diperintah, ada yang menyapu, ada yang mencuci piring, membantu ibu memasak, menyemir sepatu. Ada yang mandi duluan, lalu ada yang menimba mengisi bak air untuk teman-teman yang belum mandi. sudah ada porsi masing-masing, dan yang tak kebagian pekerjaan selalu mencari apa yang bisa dibantu. Demikian juga teman-teman yang laki-laki. Bila ada yang sakit kami langsung merawatnya, bila ada yang salah langsung diingatkan. Yang suka melamun sering kami ajak bercanda, karena mungkin semuanya memang sudah penat dan capek sehingga semua dibawa tertawa saja. Bila waktunya makan selalu menunggu untuk makan bersama-sama. Tak mau pergi sekolah bila tak bersama-sama, begitu juga pulang sekolah. Hari-hari selalu diisi dengan bercanda dan tertawa.
Tempat Tinggal Kami di Gedong Boga
(Kiri : rumah pak Surip tempat tinggal yg putri, Kanan : Rumah Kosong tempat tinggal yg putra)






Seperti itulah kondisi KKN di Gedong Boga, ada sedihnya, namun juga ada senangnya, sebuah pengalaman yang sangat berharga yang diberikan oleh Unila kepada kami mahasiswanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar